Rabu, 17 Oktober 2012

Etika Kristen

Etika

  • Secara etimologis berasal dari kata Yunani: ethos, ethikos (adat, kebiasaan, praktek). -> sebagaimana yang diucapkan oleh Aristoteles, kata ini juga mencakup ide tentang “karakter” dan “disposisi” (kecondongan).
  • Dengan demikian ETIKA merupakan ilmu atau studi mengenai norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia. Oleh karena itu, Etika selalu merupakan tindakan yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.
  • Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etika itu berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, tentang apa yang benar, baik dan tepat.



3 Sikap Etis

Dalam menghadapi kehidupan, umumnya dikenal 3 sikap etis Kristiani, yaitu:
1.  Deontologis (bisa juga disebut dengan: JALAN KEBIJAKAN)
  • Ciri dari jalan ini adalah sebuah pertanyaan: “apa yang bijak bagiku”.
  • Secara singkat cara berpikir etis seperti ini mendasarkan diri pada prinsip, hukum, norma obyektif yang dianggap harus berlaku mutlak dalam situasi dan kondisi apa pun.
  • Etika Deontologis berbicara tentang apa yang benar dan apa yang salah.
  • Dalam etika Kristen, cara berpikir deontologis adalah cara melakukan penilaian etis yang meletakkan Hukum Allah sebagai satu-satunya norma yang tidak dapat ditawar-tawar. Suatu tindakan dikatakan benar bila tindakan itu sesuai dengan Hukum Allah.
2.  Teleologis (bisa juga disebut dengan: JALAN PENYESUAIAN)
  • Ciri dari jalan ini adalah sebuah pertanyaan: “apa yang menyenangkan bagi orang lain?”.
  • Cara berpikir teleologis (berasal dari kata telos = tujuan) ini bukan tidak mengacuhkan hukum. Ia tahu betul tentang apa yang benar dan apa yang salah. Tapi bukan itu ukuran terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat.
  • Dengan demikian pertimbangan utama dari teleologis adalah apa yang “baik” dan apa yang “jahat”.
  • Lalu apa yang menjadi ukuran dasar sebuah tindakan disebut baik dan jahat? Patokannya adalah ini: setiap tindakan dapat dikatakan “baik”, bila ia bertujuan dan berakibat membawa kebaikan yang paling besar bagi sebanyak mungkin orang.
  • Kelemahan dari sikap ini adalah: bahwa ia tidak dapat bersikap tegas karena selalu mengikuti arus. Dan sikap ini juga selalu sulit untuk bertahan dalam prinsip.
3.  Kontekstual (bisa juga disebut dengan: JALAN KEBENARAN)
  • Ciri dari jalan ini adalah sebuah pertanyaan: “apa yang benar menurut Kehendak Tuhan”.
  • Tekanan utama pada sikap ini adalah masalah tanggung jawab; sehingga kadangkala sikap ini dikatakan sebagai Etika Tanggung Jawab.
  • Dalam sikap ini yang paling penting bukanlah tentang apa yang paling benar atau apa yang paling baik; melainkan justru pada pertanyaan apakah sikap yang diambil sudah mencerminkan seikap yang bertanggung jawab?
  • Dengan demikian, cara berpikir etis seperti ini merupakan berpikir secara operasional. Etika yang menolong orang mengambil keputusan dalai situasi dan konteks tertentu dan konkret.
  • Karena tujuan etika ini bukan untuk kenikmatan diri sendiri, tetapi menyenangkan hati Tuhan, maka jalan ini harus dilalui dengan jalan pengorbanan diri.
 

Sikap Etis Kristiani Dalam Menanggapi Kemiskinan di Indonesia

Lingkaran Analisis Sosial

 

3 MODEL PELAYANAN

1.   Karitatif
Asal Kata: Karitas/ Charity
Dasar: Belas Kasihan/ Kebaikan hati
Sifat: Bantuan pada saat situasi darurat
Tujuan: Menaikkan “status” si pemberi
Ciri Khas:
  • menimbulkan ketergantungan.
  • hubungan searah: Subjek – Objek.
  • tidak menyentuh akar masalah.
  • biasanya dilakukan secara insidental, remanen, sebagai bentuk solidaritas material.
  • mudah dilakukan, tidak banyak observasi lapangan.
  • harus memiliki dana yang cukup besar.
2.   Reformatif
Dasar: Pembaharuan
Sifat: Terencana
Tujuan: Pendidikan
Ciri Khas:
  • cenderung bersifat pengembangan social.
  • berorientasi pada kelompok.
  • berusaha menumbuhkan prakarsa masyarakat.
  • perlu pendekatan sosial dan observasi teliti, tanpa mempermasalahkan ketidakadilan dan kepincangan structural.
  • kegiatannya menyesuaikan dengan program pemerintah (mitra kerja).
  • resiko politis tidak besar.
  • banyak dilakukan pendekatan sebagai bentuk penyadaran masyarakat.
  • hubungan timbal balik antara pelayan dan masyarakat.
  • walaupun menumbuhkan swadaya dan prakarsa masyarakat, tetapi pelayanan ini juga membutuhkan dana yang cukup besar.
  • tolok ukur keberhasilan: HASIL KUANTITATIF DARI PENUMBUHAN KELOMPOK/ KEGIATAN.
3.   Transformatif
Dasar: Keberpihakan
Tujuan: Penyadaran Sosial
Ciri Khas:
  • berusaha menumbuhkan kreativitas dan prakarsa masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan menikmati hasil pembangunan.
  • mengajak masyarakat untuk mengenal penyebab-penyebab yang membuat mereka miskin melalui analisis sosial.
  • berusaha membangun kesadaran masyarakat agar menjadi subjek pembangunan.
  • memanfaatkan ACTION ORIENTED dalam rangka membuka kesadaran masyarakat.
  • dapat menggunakan pelayanan karitatif dan reformatif sebagai bentuk pendekatan.
  • sering terjadi konflik kepentingan antara rakyat dan penguasa, dan konflik ini harus dipandang sebagai bentuk penyadaran bagi masyarakat.
  • resiko politis sangat tinggi .
  • dana relatif kecil .
  • tolok ukur keberhasilan: KESADARAN MASYARAKAT.
——-
By : Pdt. Firman Pandjaitan, Mth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar