Minggu, 06 Mei 2012

Homiletika

Sebuah Pengantar

Preaching is you!
  1. Dilihat dari segi bahasa, kata HOMILETIKA berasal dari kata homilein (Yunani) yang berarti berbicara. Kemudian kata ini berkembang serta mendapat arti baru ketika membentuk kata Homily/Homiletics, yang berarti Seni Berkotbah.

  2. Dalam bahasa Inggris, Kata Homilein ini diterjemahkan menjadi Preach, yang berarti memberitakan dan/ atau berkotbah. Yang mengandung pengertian bahwa upaya memberitakan itu dilakukan setelah seseorang telah mendapat berita terlebih dahulu.

  3. Dengan berpatokan pada butir 2, maka dapat diambil sebuah pemahaman bahwa seorang pengkotbah adalah orang yang terlebih dahulu mendapatkan berita dan baru kemudian menyampaikan berita kepada orang lain.

  4. Dari mana ia mendapatkan berita itu? Jelas dari apa yang dibacanya melalui Alkitab dan sekaligus apa yang dialaminya dari kehidupan sehari-hari. Maksudnya: seorang pengkotbah adalah orang yang terlebih dahulu mendapatkan kotbah langsung dari Tuhan melalui pembacaan Alkitab dan sekaligus ia akan menghubungkan apa yang didapatnya dengan segala pengalaman hidup yang telah ia lalui. Ia adalah orang yang memberitakan apa yang dialaminya dan mengalami apa yang diberitakannya. Inilah inti dalam berkotbah! -> jadi bukan hanya bersifat teoretis belaka.

  5. Jika diperhatikan dengan seksama, kata Homiletics itu tidak mengacu pada satu kegiatan yang tanpa arti dan bersifat monoton, karena kata itu sendiri mengandung pengertian sebuah SENI, khususnya seni dalam berkotbah, seni dalam berbicara, seni dalam menyampaikan berita dan seni dalam mengungkapkan berita yang telah diterimanya terlebih dahulu.

  6. Karena berkotbah itu adalah sebuah seni, maka seorang pengkotbah jangan sampai melupakan unsur-unsur estetika (keindahan = yang merupakan bagian langsung dari sebuah seni) dalam menyampaikan berita. Sehingga kegiatan homiletics ini harus dilakukan dengan menarik dan penuh keindahan (baik itu keindahan bahasa, keindahan gerak, keindahan mimik/rona wajah, dan yang lainnya).

  7. Karena yang ditonjolkan adalah seni, maka dalam berkotbah seseorang harus menggunakan RASA! Jadi berkotbah bukan hanya mengandalkan pikiran dan nalar belaka, tetapi sekaligus juga menggabungkannya dengan rasa, cinta, keindahan dan segala bentuk estetika yang ada. Jika hal ini sudah dilakukan, pastilah kotbah itu sungguh amat enak untuk dinikmati oleh setiap orang yang mendengarkannya.

  8. Dan karena seni itu bertujuan hendak mengajak seseorang masuk dalam keindahan dan penghayatan hidup, maka unsur waktu pun hendaknya diperhatikan. Jangan sampai karena terlalu bersemangat mengajar orang menghayati kehidupan, seseorang lupa dengan waktu, sehingga hal ini justru menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.

  9. Dalam berkotbah, unsur lain yang harus diperhatikan adalah tentang muatan kotbah. Sebuah kotbah yang baik selalu memuat 3 unsur penting, yaitu: 1. Teguran, 2. Nasehat, dan 3. Penghiburan. Urutan ini bisa dibolak-balik; tetapi hendaknya ketiga unsur ini dilakukan secara seimbang.
    .
  10. Hal terpenting dari semua prinsip di atas adalah: Karena berkotbah itu merupakan kegiatan untuk memberitakan firman Tuhan, maka pihak yang harus dilibatkan secara langsung dalam berkotbah adalah TUHAN itu sendiri. Perlu ada penyerahan diri secara total kepada Tuhan, dan mohon bimbingan Roh Kudus sehingga apa yang disampaikan sungguh-sungguh mencerminkan kehendak Tuhan dan bukan mencerminkan kehendak kemanuasiaan si pengkotbah.

  11. Untuk itulah perlu ada persiapan sebelum seseorang berkotbah. Persiapan itu bukan hanya persiapan menyusun kotbah, tetapi termasuk juga persiapan secara pribadi melalui doa-doa yang dinaikkan dalam rangka penyerahan diri.

  12. Dan hasil dari semua itu, si pengkotbah akan merasakan bahwa sebelum ia memberkati orang (jemaat) melalui kotbahnya, maka ia terlebih dahulu merasakan berkat dari Tuhan; dan dengan demikian ia pun menjadi berkat bagi orang (jemaat) yang dilayaninya.
BEBERAPA TIPS UNTUK MENJADI PENGKOTBAH:

Pengkotbah sebaiknya ………………

JANGAN
ü      terburu-buru
ü      nguliahi
ü      ngeritik tanpa dasar
ü      terlalu serius (santai saja)
ü      terlalu mendalam (lebih dari yang diperlukan)

PERLU/ HARUS
ü      menghargai orang lain
ü      memfasilitasi
ü      mendorong & mendukung jemaat untuk pe-de
ü      sensitif
ü      berbagi
ü      mempehatikan, mendengar, belajar
ü      belajar dari kesalahan
ü      relax, jangan tegang
ü      sadar diri dan kritik diri sendiri
ü      cari pendapat lain, cross-check
ü      jujur
ü      improvisasi
ü      sangat fleksibel
ü      berani untuk tertawa, guyon, nikmatilah
ü      berani mencoba hal baru, hadapi resikonya (pe-de aja, lagi…)

Selamat berkotbah,
Ingat: kotbah itu adalah engkau!
Penulis : Pdt. Firman Pandjaitan, Mth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar