Sabtu, 24 Desember 2011

Iman Yang Mangalahkan Segalanya

*renungan terhadap perjalanan orang Majus – Matius 2:1-12*

Dalam tulisan ini saya tidak membahasa mengenai siapa orang Majus itu; karena sampai sekarang spekulasi tentang orang Majus masih menjadi perdebatan. Akan tetapi umumnya orang berpendapat bahwa mereka adalah orang pintar yang berada di sekitar daerah Persia dan mereka adalah orang yang memiliki pengharapan akan kedatangan seorang Raja Kekal. Itu sebabnya mereka selalu mempelajari ilmu perbintangan, dengan harapan mereka akan bisa mengetahui kapan Sang Raja Kekal itu datang.

Dalam pencarian mereka terhadap Raja Kekal, sampailah mereka pada peristiwa penampakan bintang besar dan cemerlang yang muncul di timur. Sebagai kelompok orang yang mencari tentang rahasia kedatangan Raja Kekal, mereka meyakini bahwa inilah tanda yang utama terhadap jawaban akan pengharapan mereka. Jadi tidaklah mengherankan jika mereka, kemudian, melakukan perjalanan menuju pada tempat yang “ditandai” oleh bintang besar yang ada di timur itu.


Namun perlu dipahami bahwa perjalanan mereka bukanlah perjalanan yang santai dan mudah. Perjalanan mereka adalah perjalanan yang panjang dan penuh resiko. Mereka harus melewati hamparan padang pasir, harus berani menghadapi kemungkinan dihadang para perampok dan mereka pun harus menyediakan perbekalan yang tidak sedikit. Jadi adalah suatu hal yang mustahil jika perjalanan tersebut hanya dilakukan oleh 3 orang saja; melainkan hal itu dilakukan secara rombongan atau dalam jumlah yang cukup besar.

Belum lagi jarak yang ditempuh. Mereka menyadari bahwa jarak yang mereka tempuh bukanlah jarak yang dekat. Mereka tidak tahu, harus berhenti di mana dan ke mana bintang besar yang ada di timur mengantar mereka. Tetapi mereka tetap “ready” untuk melakukan perjalanan. Sungguh ini merupakan perjalanan ziarah iman yang luar biasa. Dengan didasarkan atas KEYAKINAN (yang menurut orang saat itu belum tantu pasti) mereka BERANI melakukan perjalanan dengan mengorbankan segala sesuatu yang mereka miliki. Sesungguhnya inilah bentuk iman yang real! Pencerahan diri yang habis-habisan tanpa “reserve” dan bukan sekadar ungkapan di bibir saja.

Dan benar, perjalanan mereka bukanlah perjalanan yang sinkat; melainkan perjalanan panjang yang melelahkan. Mereka harus menempuh jarak kurang lebih 2.000 km! Maka tidak mengherankan apabila ketika mereka sampai di Betlehem, mereka tidak menuju pada kandang domba dan menemukan bayi Yesus Kristus, melainkan mereka sampai di “rumah tempat anak itu sudah bertumbuh” (lih. Mat. 2:11). 
Catatan : ini merupakan sebuah kesalahkaprahan ketika kita merayakan Natal dan memasang pohon terang di rumah. Umumnya kita memasang peristiwa kelahiran Yesus yang dikelilingi oleh para gembala dan 3 orang Majus; padahal Alkitab tidak pernah bicara tentang orang Majus yang datang ke kandang melainkan datang ke rumah; dan yang dijumpai bukan bayi melainkan anak!
Yang perlu mendapat perhatian di sini adalah mengenai iman yang luar biasa. Orang Majus adalah orang yang percaya tanpa harus melihat dan mendapat kepastian terlebih dahulu. Mereka justru berjalan untuk menemukan kepastian dan mereka melakukan perjalanan itu didasarkan atas keyakinan mereka. Mereka pun berkenan untuk mengurbankan segala apa yang mereka miliki, hanya sebuah keyakinan dan kepastian. Inilah wujud iman itu!

Seringkali hal ini berbanding terbalik dengan apa yang kita alami saat ini. Kita lebih senang untuk beriman terhadap hal-hal yang sudah pasti. Ketika kita diminta untuk mengimani yang tidak pasti dan harus berkurban tentang hal itu, tentu kita akan menjawab “nanti dulu”. Ini juga tampak dalam setiap peristiwa ketika kita sedang mengalami pergumulan. Apakah pergumulan itu kita percayai sebagai bentuk cara Tuhan mendidik kita untuk semakin beriman kepada Dia, atau justru sebagai sarana untuk menjauhkan diri dari Tuhan karena kita semakin tidak yakin terhadap keberadaan Tuhan, yang (menurut kita) justru membiarkan kita dalam keadaan pergumulan yang begitu berat.

Iman bukan sekadar untuk dibicarakan. Pembuktian iman bukan juga harus mendahului segala apa yang kita rencanakan. Iman adalah perjalanan, yang memanggil kita untuk mengurbankan segala apa yang kita miliki dan menjemput segala apa baik dan yang kita yakini telah Tuhan sediakan.

Natal kali ini juga mengajak kita untuk beriman seperti ini. Maukah kita menjemput kebahagiaan kita yang telah Tuhan sediakan di depan dengan berani untuk mengurbankan segala apa yang kita miliki saat ini?

Selamat Natal….

Penulis : Pdt. Firman Pandjaitan, Mth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar