Senin, 20 Februari 2012

Kekuasaan Yang Mutlak

Matius 22:15-21

Perumpamaan tentang dua orang anak (Mt. 21:28-32), tentang penggarap-penggarap kebun anggur yang jahat (Mt. 21:33-46), dan tentang raja yang mengadakan perjamuan kawin (Mt. 22:1-14) yang Yesus sampaikan telah membuat gusar orang farisi dan para imam. Tiga perumpamaan tersebut benar-benar telah memojokkan mereka; karena mereka diumpamakan sebagai anak yang tidak taat pada Bapanya, sebagai penggarap kebun anggur yang jahat dan juga digambarkan sebagai tamu yang dihukum.

Para pemimpin Yahudi ini hendak melakukan serangan balik. Mereka berniat mendapatkan bukti otentik untuk menjerat Yesus di depan orang banyak. Dalam dalam rencanya yang rapi, mereka bertanya, “Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar atau tidak?” Tampaknya mereka enggan berhadapan muka dengan Yesus, sehingga mereka menyuruh murid-murid mereka bersama kaum Herodian untuk mengajukan pertanyaan ini.

Pertanyaan ini adalah jebakan. Mereka mengetahui bahwa bangsa Yahudi sangat enggan membayar pajak kepada Kaisar (pemerintahan Romawi). Semakin mereka dipaksa membayar pajak, justru mereka semakin sadar bahwa mereka adalah bangsa jajahan Romawi. Selain itu, pertanyaan itu juga menyangkut masalah iman bangsa Yahudi. Hal itu tampak dari tulisan mata uang Dinar, dimana dalam sisi mata uang dinar itu terlulis TI(berius) CAESAR DIVI AUG(usti) F(ilius) AUGUSTUS, yang artinya: KAISAR TIBERIUS ANAK AGUSTUS YANG ILAHI; sementara di sisi lain terdapat gambar ibunda kaisar dengan tulisan di sekelilingnya sebagai lanjutan gelar kaisar: PONTIF(ex) MAXIM(us), artinya IMAM TERTINGGI. Jadi, jika mereka membayar pajak kepada kaisar, berarti secara iman mereka mengakui bahwa kaisar adalah allah.

Di sinilah letak jebakannya. Jika jawaban Yesus mereka tidak boleh membayar berarti Yesus mengajarkan dan menganjurkan pemberontakan. Maka IA akan dihukum oleh Roma; tetapi jika Yesus membolehkan, maka itu akan melanggar dan mengingkari iman bangsa Yahudi. Maka Yesus akan dihadapkan pada para Imam untuk diadili.

Tetapi jawaban Yesus adalah jawaban yang brilian. Dengan mengatakan “berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”, berarti Yesus mau menunjukkan nisbah (hubungan) antara tahta kaisar dengan mezbah Allah. Yesus tidak mau menyatukan/ menggabungkan atau memisahkan kedua hal ini, melainkan IA membuat sebuah jarak dengan tegas. Kaisar berhak mendapat apa yang menjadi haknya dan Allah pun harus mendapatkan apa yang menjadi hak-Nya. Tetapi di atas semua itu, Yesus juga mengingatkan bahwa kaisar itu tetap berasal dari Allah oleh sebab itu ketaatan mutlak yang harus diberikan adalah kepada Allah.

Di sini Yesus hendak merendahkan kesombongan kaisar. Yesus menyatakan bahwa kaisar tidak layak menerima penghormatan yang berlebihan, karena kaisar dan kekuasaannya sangat relative. Yang mutlak hanyalah Allah, dan ketaatan kepada-Nya. Hanya ketaatan kepada Allah yang memberi batas sejauh mana kaisar perlu ditaati.

Dengan demikian Yesus mengajak para pendengarnya untuk memainkan peran secara cerdas, kritis dan bijak di hadapan kaisar (pemerintah) dalam perspektif ketaatan total kepada Allah.

Penulis : Pdt. Firman Pandjaitan, Mth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar