Rabu, 05 September 2012

Share of Truth : Pembasuhan Kaki

Hola the favored of God! Mau share aja firman Tuhan dari kebaktian yang dibawain sama Ps.Ivan Tanudjaja. Hope this share bisa bikin kita semakin bertumbuh dalam kebenaran.

Perayaan jumat agung reminds us the love of God yang ditunjukkan melalui pengorbanan-Nya 2000 tahun yang lalu di kayu salib. Dan how thankful we are, karena Dia sempurna, tak berdosa, tak bercacat, pengorbanan-Nya yang sekali terjadi berlaku untuk menebus dosa kita yang dulu, sekarang, bahkan yang akan datang. Pengorbanan-Nya yang sekali berlaku keeping on – terus-menerus – menyucikan kita tiap hari, sampai selamanya. As said in Heb 10:1-4,

 (1) For the law having a shadow of good things to come, [and] not the very image of the things, can never with those sacrifices which they offered year by year continually make the comers thereunto perfect. (2) Foot then would they not have ceased to be offered? Because that the worshippers once purged should have had no more conscience of sins. (3) But in those [sacrifices there is] a remembrance again [made] sins every year. (4) For [it is not] possible that the blood of bulls and of goats should take away sins.

Sebelum jaman Yesus a.k.a jaman hukum taurat, orang Israel mengadakan penghapusan dosa dengan persembahan anak domba setiap tahunnya, dan penghapusan dosa tsb berlaku hanya setahun, karena darah domba/ lembu hanya bisa “mengcover” dosa kita, tidak bisa “menghapus” dosa kita. That’s why korban persembahan musti dilakukan setiap tahun – dan sadly justru acara ini bikin kita mengingat dosa kita, bukan membuat kita menjadi kudus.

Tapi thankfully, hukum taurat hanya merupakan “bayangan” dari kebenaran, namun bukan kebenaran itu sendiri. It’s like a picture of someone – not the someone himself. Dan kebenaran yang sebenarnya adalah Yesus, korban yang sempurna, yang hanya sekali untuk selamanya – untuk menguduskan kita dan membenarkan kita. As said in Heb 10:10,

(10) By the which will we are sanctified through the offering of the body of Jesus Christ once [for all].

So believers,  kebenaran kita merupakan pemberian, bukan hasil usaha kita, namun karena the will of God so that Jesus sacrificed Himself once for all – sekali untuk selamanya. Kebenaran dari Yesus bersifat keeping on – darah Yesus yang tercurah 2000 tahun lalu terus menerus menghapus dosa kita, menguduskan kita tiap hari, sampai selamanya. And that’s the reason as the Christians we should be brave to state that kita adalah orang benar – ya karena kita mendapat pembenaran dari Yesus, as a gift.

Tapi many Christians juga yang tidak mau menerima kebenaran bahwa kita sudah dikuduskan sampai selamanya dengan alasan “kan biar bagaimanapun kita masih berdosa. We cannot be free from sins”.  Ato berkata “aku tidak yakin aku adalah orang benar, dosaku banyak, aku masih najis di hadapan Allah”. Ya, many Christians still have war in their head tentang “status kebenarannya”.  Well, ya memang as humans we may make mistake, but let’s see the truth in John 19:34,

 (34) But one of the soldiers with a spear pierce His side, and forthwith came there out blood and water.

Dikatakan saat Yesus disalib, saat Yesus dicucukkan, keluar darah dan air. This is the complete meaning of His sacrifice  – blood and water. Well – surely most of us have realized the concept of blood that sanctified us, but many of us seem to less emphasize the concept of water. What’s the concept of water? Let’s go back to the time before Jesus died, which is written in John 13:3-5,

 (3) Jesus knowing that the Father had given all things into His hands, and that He was come from God, and went to God. (4) He riseth from supper, and laid aside His garments; and took a towel, and girded Himself. (5) After that He poureth water into a bason, and began to wash the disciple’s feet, and to wipe [them] with the towel wherewith He has girded.

Apa yang Yesus lakukan pada ayat ini merupakan tindakan simbolik. Adapun artinya adalah sebagai berikut:
  1. Perjamuan terakhir merupakan perayaan paskah, dan orang Yahudi merayakan paskah dengan memakan domba yang dipanggang. So, pada saat supper tsb, ada domba bakaran di meja perjamuan – which is menggambarkan pengorbanan Yesus yang akan datang.
  2. Sesudah itu, Iabangkit berdiri dan menanggalkan jubah-Nya – menggambarkan kebangkitan-Nya.
  3. Then, Ia mengambil kain dan mengikatkannya di pinggang-Nya – menggambarkan seorang Imam.
  4.  Ia menaruh air di basi dan membasuh kaki murid dan mengelapnya dengan kain yang terikat di pinggang-Nya. Nah apakah arti air yang membasuh kaki murid ini? Tapi, sebelomnya mari kita take a look di ayat berikutnya di John 13:6-10
(6) Then cometh He to Simon Peter;  and Peter saith unto Him, Lord dost Thou wash my feet? (7) Jesus answered and said unto him, what I do thou knowest not now, but thou shalt know hereafter. (8) Peter saith unto Him, Thou shalt never wash my feet. Jesus answered him, If I wash thee not, thou has no part with me. (9) Simon Peter said unto Him, Lord not my feet only, but also [my] hands and [my] head. (10) Jesus said to him, He that is washed needeth no save to wash [his] feet, but is clean every whit: and ye are clean, but not all.

Yesus berkata kepada Simon Petrus bahwa apa yang Yesus lakukan saat itu tidak dimengerti pada saat itu, namun harus dimengerti pada saat yang akan datang. “Pembasuhan dengan air” harus dilakukan supaya Petrus mendapat bagian bersama Tuhan. Dan bagian yang dibasuh hanya kaki karena orang yang sudah mandi tidak perlu dibasuh lagi, kecuali bagian kakinya yang mungkin dapat kotor kembali. So, what’s the meaning of water? It is written in Eph 5:25-27,

(25) Husbands, love your wives, even as Christ also loved the church, and gave Himself for it; (26) that He might sanctify and cleanse it with the washing of water by the word. (27) That He might present it to Himself a glorious church, not having spot, or wrinkle, or any such that it should be holy and without blemish.

That’s it! Inilah arti sebenarnya pembasuhan kaki yang Yesus lakukan pada murid-Nya – membasuh kaki murid dengan water by the word, dengan firman. Pada ayat ini dikatakan bahwa Kristus sangat mengasihi jemaat-Nya sampai rela menyerahkan diri-Nya (konsep darah yang menguduskan sekali untuk selamanya), serta menguduskan jemaat dengan air oleh firman (konsep air pada pembasuhan kaki murid, yaitu pengudusan kembali dengan firman).

Tuhan sangat mengasihi kita dan ingin agar kita mendapat bagian dalam kerajaan-Nya. Namun, karena dosa, kita tidak bisa mendapat bagian dalam Dia yang kudus. Karena kasih-Nya yang besar melampaui apapun, Yesus rela menyerahkan diri-Nya untuk memikul dosa kita  dan menggantikan hukuman atas kita. Saat Yesus disalib, Yesus yang benar dan kudus menjadi berdosa dan bercela karena menggantikan posisi kita sehingga murka Allah yang seharusnya ditimpakan pada kita, ditimpakan pada Yesus. Sebaliknya, kita yang berdosa dan bercela mengantikan posisi Yesus yang benar dan kudus sehingga kita menjadi orang benar dan semua berkat layak dilimpahkan dalam hidup kita.

Hal ini menjelaskan kenapa pada waktu pembasuhan kaki murid, Yesus berkata kepada Simon Petrus bahwa Ia tidak perlu membasuh tangan dan kepalanya, namun hanya kakinya. Karena Petrus sudah “dimandikan” dengan bersih sempurna oleh darah Yesus yang tercurah di atas kayu salib, namun kakinya tetap perlu “dibasuh”, karena orang yang sudah mandi sekalipun harus mencuci kakinya untuk menjaganya tetap bersih.
Sama seperti hidup kita – saat kita  percaya Yesus, kita adalah orang benar dan kudus karena darah Yesus sudah menghapus semua dosa kita tanpa terkecuali; namun ada kalanya saat kita berjalan dalam hidup ini, “ada debu yang menempel pada kaki kita” sehingga kita harus membasuh kaki kita kembali – which means kita harus terus menerus menerima firman untuk “membersihkan kembali” diri kita dari debu yang menempel tersebut. Seperti fisik kita yang selalu membutuhkan air supaya still survive, jiwa kita juga butuh air firman Tuhan supaya still sanctified.

Hal ini juga menunjukkan bahwa pada dasarnya, Tuhan memberi firman-Nya untuk menguduskan kembali diri kita, bukan untuk membuat kita merasa dihakimi, merasa bersalah, atau merasa berdosa. Apabila kita membaca ayat dan merasa dihakimi, berarti kita salah paham akan makna firman itu. Atau juga jika kita dikhotbahin suatu firman  dan justru membuat kita merasa kotor dan tak layak, yah kemungkinannya hanya dua : either kita yang salah paham, ato the preacher nya yang salah cara menyampaikan.

 Hal ini juga menjadi jawaban bagi mereka yang still unsure dengan status kebenarannya. This is truth from God – that we are sanctified by blood and water (by the word), that we who believe are right before God. Jadi, siapa yang sudah terima kebenaran gak boleh lagi berkata “aku tidak yakin aku adalah orang benar, dosaku banyak, aku masih najis di hadapan Allah” – well, maybe di hadapan orang, perkataan ini tampak bagus karena terlihat rendah hati dan tidak sombong, but don’t u know that di hadapan Tuhan, perkataan ini sama saja dengan meremehkan pengorbanan Yesus di kayu salib, as if darah-Nya belum cukup untuk membenarkan kita.

Then, setelah Yesus selesai membasuh kaki murid-Nya, Ia berkata pada  John 13:12

(12) So after He washed their feet, and had taken His garments, and was set down again, He said unto them, Know ye what I have done to you?

Yesus ingin kita mengerti apa yang Yesus maksud dengan perbuatan-Nya. Arti pembasuhan yang dilakukan-Nya. Atas kebenaran bahwa kita sudah dibenarkan oleh-Nya, sehingga kebenaran itu memerdekakan kita. Maksud kebenaran yang memerdekakan adalah kebenaran yang membuat kita tidak lagi menjadi hamba dosa.

And the last, Yesus punya wasiat untuk kita seperti yang tertulis pada John 13:14-15.

(13) Ye call me Master and Lord: and ye say well; for [so] I am. (14) If I then [your] Lord and Master, have washed your feet, ye also ought to wash one another’s feet. (15) For I have given you an example, that ye should do as I have done to you.

Di sini dikatakan bahwa Yesus saja yang adalah Tuhan dan Raja kita, berkenan membasuh kaki murid-Nya – apalagi kita, harus saling membasuh satu sama lain. Maksudnya yaitu saling menguatkan dengan firman, saling mengingatkan kebenaran bahwa kita sudah dibenarkan. So in case ada teman kita yang lagi merasa down, merasa bersalah atau berdosa, or whatever, kita harus membasuhnya dengan firman, supaya dia ingat bahwa pengorbanan Yesus sudah cukup sehingga dia merdeka untuk kembali dekat dengan Tuhan dan merasakan kasih Tuhan dalam hidupnya – bukannya menjudge dia sehingga membuat dia “merasa takut atau tidak layak” untuk kembali pada Tuhan.

This is the truth. Ini juga wasiat dari Tuhan supaya kita saling membasuh satu sama lain. That’s why I share this with you guys. And I’m sure sukacita kita akan selalu berlimpah di dalam Dia yang sangat amat mencintai kita.
With love,

Vio 20120409
.
.
.
.
———-
by Viona Berlian Sitorus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar